Jumat, 28 Desember 2012

Lombok – Cinta di Ujung Selatan

Seberkas cinta telah tertambat di ujung selatan Pulau Lombok. Di pantai Kaliantan. Sebilah pantai di samudera milik dunia, Samudera Hindia. Mata menjadi manja dan pikiran terbuai mengayun dalam dekapan keindahannya. Setiap bentuk, lekukan, tonjolan dan warna yang disajikan begitu berpadu, mengundang rasa takjub. Seperti telah dirancang dan dibangun dengan sengaja oleh Tim yang melibatkan arsitektur kelas dunia, sangat berpengalaman dan luar biasa telaten. Ternyata, adalah rancangan serangkaian peristiwa yang bekerja rutin hanya dengan mengandalkan kepatuhan dan ketundukan pada hukum-hukum alam.

Sumber Gambar:   http://berbagifun.blogspot.com

Pasir putih kecoklatan terhampar rapi, mirip butir-butir biji merica yang ditabur oleh tangan-tangan telaten. Dari tepi pantai, di tengah samudera nampak menjulang sisa onggokan kulit bumi berwarna coklat, belum habis terhempas ombak, belum lenyap ditelan air samudera. Di belahan lain dari pantai yang sama, onggokan tanah serupa juga terdapat di tepi pantai, membentuk bukit di beberapa tempat. Menjadi tembok penghalang ganasnya ombak pada saat air pasang deras menghempas. Potongan tanah tua ini sangat berbeda dengan hamparan tanah di sekitarnya, yang lebih rendah, mendatar lapang, dan menjadi tempat tumbuhnya rumput dan semak di musim hujan.

Sumber Gambar:   http://noniibehel.blogspot.com

“Itu sebuah Delta”, ucap perempuan cantik di sampingku. Tapi aku tak perduli saat itu, karena tidak mengerti apa yang sedang diceritakan. Ternyata perempuan ini sedang mengajari aku, betapa onggokan tanah coklat yang tersisa di tengah samudera itu begitu bersahabat bagi para nelayan kecil. Begitu berguna bagi kelangsungan hidup keluarga mereka. Para nelayan yang menggunakan sampan kecil tanpa mesin itu, berlindung pada delta, dari terpaan angin kencang dan debur ombak samudera yang begitu kuat. Meski mereka masih menyimpan rasa takut, tapi mereka masih terlindung ketika melepas pancing. Masih penuh harap untuk memperoleh ikan lebih banyak dibanding di lokasi tanpa delta. Karena karang dasar laut di sekitar delta masih lebih utuh. Menjadi tempat hidup lebih nyaman bagi lebih banyak ikan, dan menjadikan Delta lebih kuat, lebih kokoh menahan angin dan ombak yang selalu mengusik setiap saat.

Sumber Gambar:   http://shofyan91.blogspot.com

“Abrasi”, kata perempuan itu lagi, sambil melangkah ke depanku. Ini membuat perutku agak mual saat itu, karena tak mengerti. Keindahan pantai ini benar-benar telah mengajari aku untuk bersabar dan mendengarkan penjelasan yang sangat detail dari si cantik ini. Ternyata Ia sangat paham, bahwa pantai yang indah tertata rapi ini telah tercipta tanpa upaya apapun, tanpa pengorbanan secuilpun. Bahwa sang Maha Agung menciptakannya dengan perjuangan NIHIL. Hanya dengan memerintah hukum-hukum alam yang oleh manusia disebut Sunnatullah, atau the Universe Law.

Sumber Gambar:   http://touristspot.Ruvenga.com

Konon, dulu, delta di tengah samudera itu menyatu dan sama tinggi dengan bukit-bukit kecil yang sekarang masih tersisa di tepi pantai. Alam semesta bekerja dengan tepat dan pasti menurut hukum-hukumnya. Pada saat-saat yang selalu tepat, angin bertiup kencang persis sesuai kebutuhan untuk proses berjalannya hukum alam tersebut. Menerpa air samudera, dan menggeretnya bergerak membangun gulungan ombak. Lalu menghempas tebing bukit coklat di bibir pantai.

Sumber Gambar:   http://berbagifun.blogspot.com
Kulit bumi yang berlapis-lapis itu tidak sepenuhnya mampu bertahan. Karang dan batu terkikis, pasir berguguran, lapisan tanah lapuk runtuh mengikuti gerak arus air. Lalu digeret mengikuti ombak kembali menuju tengah samudera. Proses seperti ini sebenarnya tak pernah henti, hanya ukuran kekuatan dan besarnya yang berbeda, tunduk mengikuti hukum alam yang berlaku, dan berlangsung entah selama ratusan tahun, bahkan ribuan tahun.

Sumber Gambar:   http://lomboktimurkab.go.id

Tiba-tiba aku tersentak dan melepas rasa yang sedang tenggelam dalam penjelasan tentang hukum semesta untuk Abrasi: “pengikisan lapisan kulit bumi oleh air dan/atau angin”. Ini adalah cara unik dan sangat cerdas membngun sebuah delta kecil, sekaligus dengan rapi menciptakan keindahan pantai menjadi begitu menawan, tertata, dan bersahaja.


Sinar mentari sore itu menerpa air biru samudera, memantul mencium delta dan bukit kecil di pantai. Angin lembut menemani kami beranjak, dan mengingatkanku bahwa di sebelah pantai ini masih terdapat sejumlah pantai indah yang sambung-mnyembung tapi belum dikenal, belum dicintai dan belum disentuh yaitu: “pantai Cemara, patai Batu Dagong, pantai Surga, Tebing Pemegat Nyawa dan Teluk Ekas”.

Sumber Gambar:   http://infolombok.net

Di atas deretan panti-pantai indah ini, terdapat hamparan lahan datar yang cukup luas. Dari pandangan mataku, lahan ini jauh lebih luas daripada areal lokasi Bandara Internasional Lombok (BIL). Di masyarkat masih banyak perdebatan tentang siapa yang memiliki lahan tersebut: “apakah milik negara, masyarakat, oknum pejabat, atau sejumlah investor spekulator”. Masyarakat setempat akan luar biasa bahagia dan beruntung bila Anda dapat mulai mengenal, mencintai, datang untuk menyentuh dan ikut membangun sesuatu yang bermanfaat. Siapapun diri Anda. Akan bersamaku dengan cinta yang tertambat di ujung selatan.