Kamis, 30 Mei 2013

Lombok – Putri Mandalika – Cinta Perempuan Mulia Dalam Dilema Pahit



(Bagian 8) (*)


Ia seorang laki-laki yang sangat cerdas pada zaman itu. Ia telah berhasil menggunakan daya imajinasinya untuk melukiskan tentang cinta yang begitu agung, cinta yang begitu dalam. Ia sangat mengagumi Putri Mandalika yang begitu mencintai rakyatnya. Lalu ia lukiskan dalam kalimat-kalimat. Paragraf-paragraf. Lembar demi lembar. Akhirnya tersedia sebuah FIKSI tentang Putri Mandalika. Terkenal, tersohor, dan bahkan melegenda”. Saat ini aku benar-benar kaget dengan kalimat Adhe yang terakhir ini. Kini tamparan petir itu terasa bukan lagi hanya dengan satu kali sambaran. Terasa bertubi-tubi menampar pipiku. Adhe pasti melihat wajahku yang makin merah. Ada perasaan menolak di bathinku. Sulit untuk menerima kebenaran pernyataan Adhe. Aku belum lupa keseriusan Adhe ketika menceritakan setiap peristiwa tentang Mandalika. Bahkan di mata Adhe masih tampak bekas tissu karena mengusap air matanya ketika nangis sambil bercerita. Tapi saat ini Adhe mengatakan cerita ini hanya sebuah Fiksi.

Sumber Foto: http://tribudragon.wordpress.com
Aku tak sabar lagi dengan kondisi perang di bathinku. Aku ingin meluruskannya. Adhe harus bertanggungjawab atas ceritanya, dan pernyataannya yang terakhir. “Jadi, menurutmu, Putri Mandalika itu sebenarnya tidak ada? Terus bagaimana dengan Kerajaan Tonjang Beru itu, dan...,” ucapku terpotong karena tidak mampu melanjutkan kalimatku. Emosiku meluap-luap, seperti mendidih. Aku menyandarkan badanku lagi di tebing itu. Adhe mendekat dan memegang tanganku. Ia tersenyum menatapku. Akupun berusaha memandang bola matanya. Aku berharap sorot mata itu bisa menurunkan emosiku, bisa mendinginkan kepalaku. Beberapa kali Adhe berusaha berpaling dari pandanganku. Mungkin ia mulai menyimpan rasa takut pada sorot mataku. Atau pada aura wajahku yang tampak sangat emosi, bahkan marah. Tapi ia tetap tersenyum, berusaha memberi kesejukan di bathinku, meski kepalaku masih panas.

Sumber Foto: http://panoramio.com
Kerajaan Tonjang Beru dan Putri Mandalika itu memang benar ada. Ia luar biasa dicintai oleh rakyatnya, karena ia juga terlalu mencintai rakyatnya. Ia memang memilih tidak menikah selama hidupnya. Cintanya, sikapnya dan tindakannya hanya untuk kepentingan kesejahteraan rakyatnya. Hal ini menginspirasi seorang penyair pada masa itu. Si penyair ini, kemudian menulis FIKSI untuk menggambarkan cinta, perilaku bijak dan kehidupan Sang Putri Mandalika”. Penjelasan Adhe ini sedikit membuat aku lega. Tapi masih cukup besar mengganjal dalam pikiranku. Katanya, Mandalika memang benar pernah ada. Pernah hidup sebagai seorang putri dalam Kerajaan Tonjang Beru. Tapi Mandalika juga seorang tokoh bijak dan penuh cinta dalam sebuah cerita Fiksi. Ini kontradiktif. Adhe harus bertanggungjawab menjelaskan, untuk meluruskan pikiranku.

Sumber Foto: http://pdfcast.net
Setelah seluruh cerita FIKSI ini selesai ditulis, kemudian sang penulis ingin mempersembahkannya sebagai penghargaan kepada Putri Mandalika. Cerita ini pertama kali dibacakan oleh para ahli tembang dalam acara Memaos (membaca cerita) di Keraton Kerajaan Tonjang Beru. Konon pada waktu itu, sang Putri Mandalika menyatakan setuju dan sangat senang dengan cerita ini. Sehingga penulisnya tidak perlu melakukan perubahan atau perbaikan apapun dalam seluruh cerita yang telah ditulis dengan sempurna ini. Setelah itu, cerita ini selalu dibacakan pada setiap acara Memaos di kalangan masyarakat setempat. Bahkan dibaca oleh kalangan masyarakat lebih luas di luar wilayah kerajaan Tonjang Beru di kawasan Pulau Lombok bagian selatan. Terutama masyarakat daerah pantai selatan. Umumnya untuk mengisi acara Memaos di atas Pepaosan dalam acara adat dan pesta-pesta hitanan dan perkawinan”, kata Adhe menjelaskan denganl mengulas senyum indah di wajahnya, sambil menarik kupingku dengan jemari tangannya yang lembut itu. Aku bisa lega. Aku bisa tertawa sambil meringis karena rasa sakit pada telingaku yang ditarik Adhe.

Sumber Foto: http://komikijapann.blogspot.com

Tapi belum merasa cukup dengan penjelasan itu. Aku masih punya rasa penasaran yang masih tersimpan. Aku harus mendapat penjelasan. Tapi Adhe sudah lebih dulu menjelaskan sebelum aku menanyakannya. “Laki-laki penulis FIKSI itulah sesungguhnya manusia luar biasa. Ia mampu menggunakan daya khayalnya untuk menciptakan seorang Mandalika yang miliki cinta seperti matahari. Cinta yang bercahaya, bersinar, menyala, untuk kepentingan ummat manusia sepanjang zaman. Cinta yang membahagiakan setiap orang. Seperti matahari yang dengan cahayanya memberi berokah pada tumbuhan, hewan, manusia, bakteri, bahkan pada tanah dan air ”, kata Adhe mengakhiri ceritanya dengan senyum begitu indah. (TAMAT)




(*)  LAWAS SAMBAT MANDALIKA: (3) dan (4)

Sumber Foto: http://martinranch.webs.com


Merpati cinta.... (3)
Sumber Foto: http://mjperry.blogspot.com

Seekor merpati putih, cerdas bertengger,
Jemarinya lentik, indah menggenggam ranting,
Matanya terpejam menikmati lembut angin hutan,
Menyentuh setiap rasa, mendengar setiap getar...
Ujung paruh kadang menukik pangkal bulu sayap
Bahagia menabur cinta, menantang masa depan

Sumber Foto: http://karlshuker.blogspot.com

Macan dan harimau dungu mengintai untuk menerkam,
Mengendap di batang pohon, menanti saat merpati lengah,
Makin terasa lapar, ketika melihat merpati terdiam menantang,
Nafas tertahan, tubuh bergetar, gelisah menyelimuti jiwa,
Darahnya mengalir ke sekujur tubuh, gairahnya tak tertahan,
Serakah, penuh nafsu, kuku dan taring siap untuk mengoyak




Sumber Foto: http://www.wallpapersfull.com
Mata mereka terpejam, melihat daging merpati dalam benak...
Menerkam, menyobek daging, mengunyah, dan menelan...
Makin lahap menelan tanpa karunia nikmat, tanpa bahagia...
Berpindah dari mangsa ke mangsa, tapi tak pernah bahagia..
Karena cinta mereka bukan untuk bahagia bersama mangsa,
Cinta pemuas nafsu, pemakan darah segar dari mangsa.


Sumber Foto: http://www.agefotostock.com
Macan dan harimau dungu terkejut, dan makin lapar..
Mereka terbangun dari mimpi benak serakah...
Karena bunyi indah kepak sayap merpati terbang
Pergi membawa cinta, menikmati angin senja
Meninggalkan khayal dua benak penjahat hutan
Karena cinta takkan pernah bersanding dengn kejahatan







Sumber Foto: http://www.agefotostock.com
Ketika mata mereka terbuka, membelalak tajam
Macan menatap harimau, mangsa yang mengenyangkan
Harimaupun melototi macan, mangsa yang penuh daging
Mereka saling menerkam, bergumul, berlumur darah
Tubuh sobek, lidah terpotong, darah mengucur
Sungguh sia-sia, dungu tak berdaya, kalah tanpa cinta





Sumber Foto: http://marcelbirdy.wordpress.com



Merpati putih bertengger lagi menikmati cintanya,
Mata terpejam dibelai lembut angin hutan,
Bahagia menabur cinta, menantang masa depan,
Menjadi Nyala, bercahaya, bersinar demi cinta...
Mengabdi pada Tuhannya, demi semesta...
Merpati indah, penuh cinta, dikenang demi cinta.






Pamit.... (4)
Sumber Foto: http://stephankotas.com
Rahasia tak kuat lagi bersemayam
Ingin kutumpahkan segalanya demi cinta
Terhampar berserakan di setiap jengkal tanah bumi sasak
Tanpa rahasia, tak ada luka, tak perlu darah, tiada tangis duka
Cinta adalah kebahagian, dan perang adalah penderitaan
Keduanya takkan pernah pantas untuk bersanding


Sumber Foto: http://justinandlynne.travellerspoint.com
Dua pangeran calon raja besar, pengayom rakyatmu....
Sungguh tak ada lagi rahasia tentang cinta kita....
Setiap nafas dan denyut jantung di hutan selatan,
Setiap butir pasir putih yang terhampar di pantai seger,
Sedang begegas menyambut duka, membendung darah
Tak sanggup menolak perang, demi pangeran mereka...



Sumber Foto: http://samandkaty.wordpress.com
Kesalahan sedang bersembunyi pada jalan pilihanmu
Meski tak pernah salah memilih jalan atasnama cinta
Karena cinta tercipta bukan untuk sebuah dosa
Tapi cinta hanya pantas untuk disebut cinta,
Bila kesalahan tak dapat sembunyi pada jalan yang dipilih
Cinta tak pantas digapai dengan tangis yatim berwajah murung






Sumber Foto: http://hoteliermiddleeast.com
Aku akan pamit, dan takkan pernah mejadi milikmu...
Karena aku sungguh mencintaimu, begitu dalam...
Cintaku yang ingin membebaskanmu dari jalan dosa
Bahkan aku hadir di pantai ini untuk cintamu,..
Cinta tanpa semai benih kebencian rakyatmu
Menderita memiliki aku melalui jalan perang







Sumber Foto: http://skyscrapercity.com
Darah merah akan menetes dari tubuhmu karena perang,
Menghabiskan air mataku, tumpah membasahi bumi
Derita yang menyayat luka jiwaku, di atas penderitaanmu
Aku tak mampu mendengar lawas sambatmu sambil menatap
Ketika nafas terakhirmu berhembus, berperang demi aku
Relakan aku pergi demi cinta, karena kau sungguh mencintaiku.




Sumber Foto: http://pelauts.com
Aku akan pergi, demi kamu
Belajarlah mencintai dengan cinta...
Maafkan aku untuk kecewamu,
Dan lupakan aku...
Demi cintamu...
Untuk cintku


Putri Mandalika
Pantai Kute, Tonjang Beru, Lombok Selatan.
Entah kapan, pada tanggal 20, bulan 10, dalam Kalender Penanggalan Sasak Lombok






Catatan istilah:
Memaos adalah istilah dalam bahasa sasak halus. Berasal dari kata Paos yang berarti baca. Memaos berarti membaca. Tapi lebih luas, kata Memaos berarti membaca cerita-cerita yang terdapat dalam kitab-kitab lama yang tertulis dengan Aksara Sasak (Aksara Jawa, atau disebut huruf Jejawan) pada daun lontar ataupun dalam bentuk buku yang disebut Bel.

Pepaosan, adalah tempat khusus yang didirikan sebagai tempat melaksanakan acara Memaos. Yaitu sebuah bangunan dari bahan kayu dan/atau bambu, berbentuk persegi, memiliki atap, paling sedikit bertiang empat, dan dihias sesuai dengan kepercayaan setempat dan keperluan penggunaannya. Bangunan ini menjadi tempat duduk khusus bagi para ahli tembang yang membaca cerita atau dongeng. Ada sekelompok masyarakat sasak menyebutnya Pungkur (artinya Belakang), karena pada umumnya dibangung di halaman rumah bagian belakang sebagai salah satu fasilitas saat melaksanakan pesta. Setelah berkuasanya Kerajaan Karang Asem Lombok, sekitar Tahun 1744, sebagian masyarakat menyebutnya Kebon Odek, karena mengikuti istilah yang digunakan oleh masyarakat beragama Hindu. Bangunan pepaosan, pungkur, atau kebon odek, pada hari terakhir pesta kemudian menjadi tempat dilakukannya penghitanan anak-anak dalam acara pesta tersbut.





http://panoramio.com; http://pdfcast.net; http://pelauts.com; http://samandkaty.wordpress.com; http://skyscrapercity.com; http://stephankotas.com; http://tribudragon.wordpress.com; http://www.agefotostock.com; http://www.wallpapersfull.com



Daftar Referensi
Bahan diskusi dan bacaan sebelum menulis artikel ini bersumber dari:
Anonim, 1992 – 2012. Cerita tentang Putri Nyale dari mulut ke mulut, dari para tetua di Desa Jerowaru dan Desa Pemongkong, Kecamatan Jerowaru, Kabupaten Lombok Timur.
Mamiq Hartawang, 1992. Cerita dan diskusi secara langsung untuk belajar tentang legenda Putri Nyale. Mamiq Hartawang (Almarhum) adalah mantan Kepala Desa dan Tokoh Adat Desa Jerowaru. Nenek moyang beliau berasal dari Gunung Pujut Lombok Tengah, konon sekitar tempat beradanya Kerajaan Tonjang Beru