Rabu, 27 Februari 2013

Lombok – memelihara RAKSASA karya semesta


Dunia kita penuh Raksasa. Yaitu sesuatu yang besar. Bahkan mungkin luar biasa besar. Besar fisiknya, mentalnya, dan kemampuannya. Luar biasa besar kemauannya, mimpi-mimpinya, dan kekuasaannya. Dan yang menakjubkan karena besarnya luar biasa,  adalah keserakahannya. Dalam cerita mistik Ramayana, atau mitos-mitos lainnya, masing-masing cerita menyuguhkan satu tokoh raksasa.

Betapa masing-masing raksasa dalam dongeng itu menunjukkan kebesaran mereka. Meskipun pada akhirnya kalah dan mati oleh kecerdikan dan kehebatan manusia. Kecerdasan manusia telah membunuh sangat banyak raksasa dalam berbagai mitos. Mungking karena pengarang cerita itu adalah manusia. Tentu tidak mau kalah dengan raksasa. Tidak mau merendahkan dirinya sendiri. Pokoknya manusia harus menang. Meskipun enggan dan marah disebut bersifat seperti raksasa. Sifat seperti yang dikhayalkan dalam bentuk cerita yang ditulisnya.

Ternyata tidak hanya dalam dongeng. Dalam kehidupan masyarakat kita pada era globalisasi ini, dunia kita penuh raksasa. Di semua negara terdapat raksasa-raksasa. Bahkan jumlahnya banyak di masing-masing negara. Ada raksasa ekonomi, raksasa politik, raksasa hutan, raksasa kebun, raksasa minyak, raksasa perdagangan, raksasa partai, raksasa organisasi, raksasa teknologi, raksasa beras, raksasa pemerintahan, raksasa preman, raksasa tanah, raksasa olahraga, raksasa informatika, dan mungkin juga ada raksasa seks. Tapi raksasa yang terakhir ini misih perkiraan saja.

Raksasa-raksasa ini adalah hasil pikiran, kecerdasan dan kreasi manusia. Kreator utamanya adalah para manusia raksasa itu sendiri. Mereka telah berhasil dengan gemilang menciptakan raksasa-raksasa penguasa dunia. Raksasa yang persis seperti yang diinginkan. Raksasa yang dirancang dengan cerdas, teliti dan rapi. Jika belum berhasil, maka mereka tentu belum menjadi raksasa. Belum ada pihak yang mau menyebutnya raksasa.

Jadi, pada era kehidupan global yang tanpa sekat pembatas saat ini; raksasa-raksasa nyata itu adalah hasil kereasi hebat dari manusia. Kreasi untuk membuat dirinya menjadi raksasa itu sendiri. Mike Dooly seorang penulis Amerika mengatakan: “manusia telah dapat menciptakan dirinya sendiri menjadi apa yang dia inginkan”.

Masyarakat Pulau Lombok sungguh menjadi komunitas paling beruntung di muka bumi ini. Mungkin paling beruntung di jagad raya ini. Karena setiap penduduk Lombok sudah memiliki raksasa, jauh sebelum ia dilahirkan. Tanpa berpikir, tanpa perlu berhayal, tak perlu cerdas dan tak perlu berdo’a. Bahkan raksasa-raksasa di Lombok ini diduga telah ada jauh sebelum ada manusia di Lombok. Para raksasa di Lombok ini adalah sejumlah karunia besar dari Tuhan. Pemberian gratis dari Sang Maha Pencipta.

Seperti halnya para raksasa ciptaan manusia. Yang terdapat di berbagai tempat di Indonesia dan negara-negara lain. Para raksasa Lombok ini juga punya sesuatu yang bersifat besar. Memiliki fisik, mental dan kemampuan yang luar biasa besar. Kemauan dan mimpi-mimpi mereka juga sangat besar. Tentu untuk kebahagiaan masyarakat Lombok. Namun yang tidak dimiliki oleh raksasa Lombok adalah Kekuasaan dan Keserakahan. Sehingga kedua hal ini menjadi kelemahan utama yang cukup fatal bila dibandingkan dengan raksasa-raksasa yang lain. Mungkinkah ini karena raksasa-raksasa di Lombok ini bukan ciptaan orang Lombok? Karena pemberian yang gratis dari Tuhan?


Es Krim Raksasa

Es Krim seperti ini tidak akan pernah ditemukan di seluruh dunia. Tidak ada di seluruh Mall dan Super Market. Tidak ditemukan di Tunjungan Mall Surabaya, Malioboro Mall Jogjakarta, bahkan di Pondok Indah Mall Jakarta. Apalagi di Mall di kota-kota yang lebih kecil lagi. Bahkan di super market raksasa sekelas Carrefour dan Giant juga tidak punya Es Krim raksasa seperti di Lombok. Apalagi sekadar di toko kelontong atau di pasar sapi.

Sumber Foto:   http://www.travelingtolombok.blogspot.com
Es Krim ini disajikan oleh Alam Semesta secara terbuka dan bebas sentuh. Diletakkan di Samudera Hindia. Hampir mepet di patai selatan Lombok. Pantai Bloam. Di desa Pemongkong, kecamatan Jerowaru Lombok Timur. Ia berdiri megah. Tak tergoyah ombak samudera. Tak peduli pada cuaca panas, hujan deras dan angin kencang. Tak bergeming. Tak pernah basi. Tak pernah meleleh.

Sumber Foto:   http://www.travelingtolombok.blogspot.com
Bila ditatap dengan penuh perhatian untuk beberapa detik tanpa berkedip. Dari tepi pantai ia nampak seperti bergerak. Seperti terapung di atas birunya air samudera. Warna coklat dan abu-abu keputihan pada Es Krim ini berpadu serasi dengan birunya laut dan putihnya ombak di siang hari. Warna coklat ini berubah menjadi krem atau coklat muda ketika dibalut sinar pagi saat matahari terbit. Tapi berubah menjadi coklat kemerahan ketika disentuh cahaya senja menjelang tenggelamnya matahari. Sementara warna air laut saat itu berubah menjadi biru kemerahan. Kebesaran dan keraksasaan raksasa ini sangat nampak pada saat air pasang. Ia selalu tegak. Kokoh tak peduli. Meski dihempas ombak samudera selatan yang terkenal ganas.


Kura-kura Raksasa

Paling sedikit ada dua kura-kura raksasa diketahui di pantai Pulau Lombok. Seperti Es Krim Raksasa, kura-kura ini berada di pantai selatan. Masing-masing satu di pantai Surga dan satu lagi di pantai Sungkun. Seluruh dunia mengetahui dan dapat mengerti bahwa kura-kura macam ini tidak akan pernah ditemukan di lokasi peternakan kura-kura. Di peternakan profesional yang bersifat komersial, dan apalagi yang amatiran.

Sumber Foto:   http://www.apm-gunardi.blogspot.com
Satu kura-kura raksasa berukuran fisik sekitar 1000 kali kura-kura biasa. Yang terdapat di pantai Surga lebih cantik. Tubuhnya mulus, serasi, berwarna coklat menghadap ke laut. Nampaknya lebih terpelihara. Jarang diganggu tangan manusia usil. Karena berada di sebuah teluk yang cukup terlindung. Yang bernama Teluk Ekas. Di pantai yang merupakan tempat pertemuan bibir muara Teluk Ekas dengan Samudera Hindia. Yaitu pantai Surga. Meski pantai ini terkenal berombak ganas, tapi memiliki tebing penyangga. Sebuah tebing kokoh yang asli ciptaan alam dalam proses ribuan tahun.

Lokasi bibir muara pada tebing curam ini disebut Pemegat Nyawa (dalam bahasa Indonesia berarti Pemutus Jiwa). Pemandangan di sekitar pantai ini sangat indah. Pasirnya sebagian besar berwarna putih merica. Di beberapa tempat terdapat pasir berwarna coklat kekuningan. Di depan pantai menjulang bukit berwarna hijau. Menjadi kuning pada musim kemarau, karena rumput penutup bukit mengering. Di pantai indah ini si kura-kura raksasa melakukan perenungan setiap hari. Setiap detik. Mungkin untuk menikmati ganasnya ombak dan indahnya alam. Mungkin juga ia merenung karena harus berpikir keras. Tentang kekuasaan Penciptanya. Tentang kematian pohon-pohon bakau. Tapi mungkin juga tentang makin tingginya inflasi. Atau tentang gejolak politik negeri ini. Yang menyebabkan para raksasa sahabatnya mulai ketar-ketir. Karena keraksasaan mereka mulai terancam saat menjelang Pemilu.

Sumber Foto:   http://www.myiaw.com
Berbeda dengan Kura-kura Raksasa di pantai Sungkun. Ia berada di pantai yang langsung merupakan tepi Samudera Hindia. Ini seekor kura-kura cerdas. Ia mengerti resiko hidup di tepi samudera. Selalu siaga. Tertunduk menghadap ke darat. Siaga untuk dapat segera berlari ke darat. Bila air samudera menjulang tinggi untuk menghempaskannya.

Penderitaan kura-kura samudera Pasifik dijadikan pelajaran. Mereka bodoh karena mungkin kurang terpelajar. Banyak yang mati sia-sia karena Tsunami menghempas lepas pantai Jepang beberapa waktu lalu. Kura-kura Sungkun ini tak mau sebodoh itu. Ia sangat  cerdas. Tak mau menyia-ngiakan berita penting dari internet. Karya dari salah satu temannya, Raksasa Komunikasi, sekaligus menjadi salah satu Raksasa Ekonomi dan Raksasa Kekuasaan di muka bumi.


Kepala Manusia Raksasa

Masih di pantai Selatan Lombok. Selain es krim dan kura-kura, alam semesta menyuguhkan Kepala Raksasa. Sebagai karunai Tuhan yang patut dihargai dengan cara bersyukur. Kemudian memelihara dan memanfaatkan raksasa itu untuk kebaikan umat manusia. Kepala Raksasa ini terletak di pantai Tanjung Ann. Sekitar tiga kilometer dari pantai Surga, kearah barat. Pantai yang masuk dalam wilayah Kabupaten Lombok Tengah.

Sumber Foto:   http://www.twicsy.com
Kepala ini nampak tegap dan gagah menghadap ke arah tenggara. Melotot percaya diri. Seperti mengawasi sesuatu pada titik arah pandangannya. Entah sudah berapa ratus atau ribu tahun ia melotot tak berkedip. Tak pernah menoleh. Tak terganggu oleh gigitan nyamuk pantai. Kalau pada arah pandangnya ditarik garis lurus, matanya kira-kira tepat menghujam pada sebuah titik di seberang Samudera Hindia. Kota Darwin. Sebuah kota di daratan Bemua Australia yang hanya berjarak samudera, tepat di Selatan Kota Ende, Pulau Flores Indonesia.

Mungkin ia begitu takjub dengan keindahan dan kemajuan kota itu. Ia berpikir bagaimana bisa menirunya untuk membangun negeri ini. Bagaimana bisa belajar dari raksasa-raksasa yang ada di sana. Bagaimana bisa mendapat dukungan dari mereka. Bagimana bisa bekerjasama untuk saling menguntungkan. Karena beberapa dari mereka juga pernah datang ke tempat ini. Ke pantai Tanjung Ann ini. Tempat Kepala Raksasa ini sedang menatap tegak saat ini.

Atau mungkin juga ia sedang mengawasi teman-temannya dan para sahabatnya. Yaitu para raksasa negara itu atau raksasa dari negara lain yang selalu berseliweran di kota Darwin itu. Karena mereka selalu selalu sibuk dan bergerak cepat bolak-balik menyeberangi samudera dari kota itu ke Kota Dili. Sebuah kota di negara Timor Leste. Potongan Pulau Timor di sebelah timur Kota Kupang Nusa Tenggara Timur. Sepotong tanah Pulau Timor yang lepas dan menjadi negara merdeka karena dukungan para Raksasa yang gemar berseliweran itu.

Sekarang, dilihatnya mereka tidak hanya singgah di Kota Dili. Para raksasa itu tampak jelas sangat sering singgah di lepas pantai Pulau Timor. Mungkin mereka sedang mengawasi ikan hias yang indah warna warninya. Atau sedang menghitung ikan enak yang berlimpah banyaknya. Tapi bisa juga mereka sedang memeriksa alat-alat berat untuk pengeboran minyak. Atau sesuatu yang lain. Sesama raksasa ternyata mereka saling mengawasi. Kadang saling mendukung. Tapi kadang juga saling curiga dan cemburu. Yang penting Kepala itu selalu melotot. Entah untuk apa !!!!


Raksasa karunia, milik semua

Raksasa hasil kreasi manusia, pada umumnya adalah milik kreatornya sendiri. Untuk kepentingan yang dicita-citakan penciptannya. Si Raksasa itu sendiri. Berbeda dengan para raksasa yang ada di Pulau Lombok. Es Krim Raksasa, Kura-kura Raksasa, maupun Kepala Raksasa. Mereka karunia Tuhan yang tercipta melalui kreasi dan kerja keras Alam. Mereka juga menjadi milik kita semua. Mereka adalah obyek indah tempat melepas lelah, menghibur diri, mencari ketenangan jiwa, dan membangun inspirasi. Siapapun dapat memanfaatkan mereka untuk tujuan tersebut. Siapapun dapat datang untuk menyentuh mereka secara fisik maupun dengan rasa dalam jiwa.

Selama ini keberadaan mereka dinikmati secara bebas oleh pengunjung dari seluruh penjuru dunia. Tidak ada batas suku, agama, pandangan politik, ideologi, pulau, bahkan negara. Mereka datang menikmati, menyentuh, mengambil gambar, membangun inspirasi, bahkan banyak yang kemudian menulis tentang mereka. Masyarakat Lombok telah membuktikan. Bahwa mereka bukanlah masyarakat yang egois. Mereka penuh kesadaran, bahwa setiap manusia di bimi ini punya hak yang sama untuk menikmati alam. Untuk bahagia. Untuk memiliki inspirasi dan berkreasi dalam hidupnya.


Raksasa karunia, karya cerdas semesta alam

Kita semua sangat paham. Ketiga jenis raksasa itu adalah sisa-sisa cadas dan batu karang pantai yang telah terkikis. Berubah bentuk. Kebetulan bentuknya menjadi mirip dengan bentuk es krim, kura-kura dan kepala manusia. Tapi tidak persis kok !!! Entah berapa puluh atau berapa ratus tahun proses pengikisan itu berlangsung.

Angin samudera berlari begitu kencang di pantai selatan. Membuat gulungan air penuh energi. Bergerak ke tepian menjadi ombak. Menghempas dinding cadas pantai. Partikel-partikel cadas, karang dan jenis bebatuan lainnya jatuh berguguran. Butir-butir partikel hasil guguran dinding cadas itu hanyut ditarik surutnya ombak yang kembali ke samudera. Meninggalkan pantai. Cadas terkikis setiap hari dalam rentang waktu sangat panjang. Membagun lekuk dan membuat tonjolan. Untuk menciptakan bentuk. Entah berapa lama. Sampai terbentuk tiga jenis raksasa itu.

Energi itu seperti lautan yang menjadi tempat alam semesta berenang-renang. Tempat terapungnya bumi dan benda-benda jagad raya lainnya. Tempat seluruh peristiwa berlangsung. Perubahan prilaku energi menciptakan tekanan udara. Lalu udara bergerak. Kemudian kita sebut angin. Merubah air jadi ombak. Lalu menghempat segala yang ada di depannya. Adalah serentetan peristawa alam yang terus menerus bekerja. Selalu tunduk untuk bekerja seperti itu. Inilah cara alam untuk menciptakan bentuk-bentuk indah di setiap pantai. Adalah cara alam untuk setia menyembah Tuhan. Yaa Rabbal Aalamiin. Mengkaruniakan tiga jenis raksasa ciptaannya di daratan yang disebut Lombok.

Ketika berada di pantai-pantai tempat para raksasa itu. Sempatkan diri Anda menatap sempurna bebera detik. Warna biru samudera itu nampak sangat beda. Ia sangat kuat sebagai sebuah warna untuk disebut biru. Es Krim raksasa itu tampak seperti terapung. Seperti mengambang. Sebenarnya air laut dan ombak yang justru sedang berlari di sisi Es Krim itu. Beberapa detik perasaan yang mengalir pada diri Anda bertentangan dengan fakta, logika dan kesadaran Anda. Seolah-olah Es Krim itu yang bergerak.

Es Krim Raksasa itu tampak seperti terapung. Tapi itu hanya dalam rasa. Membangun bentuk ilusi menjadi peristiwa dalam benak. Dalam rasa beberapa detik. Sementara dalam fakta, logika dan kesadaran Anda tidak demikian. Benda itu senyatanya bertumpu pada batu karang di bawahnya. Bebatuan yang sebenarnya bersambung dengan tanah tempat kaki Anda sedang berpijak ketika menatapnya. Kreasi alam ternyata dapat membangun rasa yang mampu menentang fakta dan logika. Meskipun fakta dan logika itu sedang disadari sepenuhnya. “Segala sesuatau adalah ilusi. Adalah semu. Yang benar-benar hakiki, realita tak berubah hanya Tuhan. Pencipta seluruh ilusi kehidupan”. Betapa beruntungnya kami. Di pulau surga yang mungil ini terdapat tiga raksasa indah. Meski mereka sekadar raksasa-raksasa ilusi......

Daftar website atau blog yang dibaca untuk artikel ini: