Sumber Foto: http://lombok-travelnews.com/
|
Cinta
kadang datang mengalir tak terduga. Menerpa dan merayapi sekujur tubuhku. Menyentuh,
mengelus dan membelai jiwa dengan rasa. Saat itu, ketika aku melaksanakan tugas
lapangan. Datang dari Jakarta ke Jawa Tengah dalam rombongan sebuah Tim Asia,
dari beberapa negara yang dituduh belum maju: Philippines, Thailand, Korea,
Birma, Vietnam, India, Bangladesh, Nepal, Iran, Saudi Arabia, dan perwakilan
untuk Kemerdekaan Palestina. Judul tugasnya kereeeeeen: Rural Finance Analysis. Jadi
kira-kira, akan menganalisa sistem keuangan pedesaan, termasuk sistem peredaran
uang dan terutama adil atau tidak adil model distribusinya. Studi ini sebagai
bahan perbandingan bagi negara masing-masing anggota Tim. Tapi dalam tulisan
ini, tugas ini bukan topik yang akan dibahas.
Sumber Foto: http://antaranews.com/
|
Sumber Foto: http://kerajinannusantara.com/
|
Sumber Foto:
http://kerajinannusantara.com/
|
Kucoba
menarik nafas panjang untuk mengendalikan emosiku. Lalu otakku membuat
bermacam-macam logika dengan pertanyaan yang menggeret aku menuju perasaan
bersalah. “Bagaimana mungkin, saat ini aku sedang di sebuah toko di Jawa
Tengah? Di sini, dan baru saat ini aku melihat dan mengenal produk-produk indah
dari desa-desa yang hanya bertetangga dengan desa tempat aku dilahirkan dan
dibesarkan, di Pulau Lombok?" Aku makin lebih kaget lagi ketika pemilik toko ini
menjelaskan, bahwa pemasaran benda-benda ini telah menembus paling sedikit 14
negara di dunia.
Sumber Foto:
http://archive.kaskus.co.id
|
Sejak
saat itu aku mulai membuat rencana untuk menemukan benda-benda itu di tempat
penciptaannya. Di tempat di mana mereka dirancang. Di setiap sudut desa di
mana seluruh jemari telaten itu berkreasi. Penciptaan ini sungguh menggambarkan
tingginya sebuah peradaban dan budaya masyarakatnya. Menunjukkan betapa
lembutnya rasa yang mereka miliki ketika membuat disain dan mewujudkannya
menjadi sebuah karya seni yang begitu indah. Merancang setiap lekuk dan
tonjolan, memadu warna dalam sitiap goresan jari tangan mereka. Paduan bentuk
dan warna ini melahirkan benda yang mampu bertutur tentang kerendahan hati dan
kedamaian jiwa penduduk desa yang hidup sederhana tanpa gemerlap. Seolah
bercerita bahwa mereka hidup hanya dengan rasa, hanya dengan memilih keindahan
dan cinta. Adalah untuk mengundang rasa indah dan cinta dari setiap yang berniat
mengenal dan menyapanya. Dan memuji penuh syukur bila masih ada yang rela untuk
menyentuhnya.
Sumber Foto: http://lombok-travelnews.com/
|
Para pekerja seni ini setiap hari bekerja hanya untuk mempersembahkan keindahan dan cinta. Mereka
tidak datang ke kota hanya sekedar untuk promosi dan menemukan gemerlap
kehidupan yang lebih megah. Mereka sangat setia pada apa yang mereka miliki,
penuh komitmen pada keyakinan bahwa mereka hidup dengan cara mereka dan karya
agung yang mereka persembahkan. Tak terlalu peduli pada tingkat keadilan yang
mereka terima atas karya-karya indahnya. Mereka tidak juga memilih untuk
cemburu pada pihak yang mereguk keuntungan besar dan kebahagiaan hidup atas
karya mereka. Bagi mereka, hidup adalah untuk hidup, dengan cara yang indah,
melalui persembahan indah dengan penuh cinta.
Sumber Foto: http://kerajinannusantara.com
|
Sumber Foto: http://detourlombok.com/
|
Sumber Foto: http://lombokartsdesign.wordpress.com/
|
Sumber Foto: http://www.sewabisdilombok.com/
|